Tanah longsor di India utara menghantam sebuah bus, menewaskan sedikitnya 15 orang

DELHI BARU — NEW DELHI (AP) — Sedikitnya 15 orang tewas Selasa malam setelah puing-puing tanah longsor besar menghantam sebuah bus di negara bagian Himachal Pradesh di India utara, kata pemerintah setempat.
Bus tersebut sedang melaju di perbukitan dekat distrik Bilaspur ketika tanah longsor terjadi setelah hujan lebat berhari-hari. Setidaknya ada 20 hingga 25 penumpang di dalam bus saat itu. Sembilan pria, empat wanita dan dua anak termasuk di antara mereka yang tewas, kata polisi.
Tiga anak yang terluka berhasil diselamatkan dan dirawat di rumah sakit setempat untuk mendapatkan perawatan, menurut pernyataan dari kantor Sukhvinder Singh Sukhu, pejabat terpilih tertinggi di negara bagian tersebut.
Operasi penyelamatan berlanjut pada Rabu untuk mencari penumpang hilang lainnya yang diyakini tewas, kata polisi.
Hujan yang terus menerus mengguyur wilayah tersebut sejak Senin, membuat lereng gunung yang rapuh menjadi tidak stabil.
Presiden Draupadi Murmu dan Perdana Menteri Narendra Modi menyampaikan belasungkawa mereka menyusul tanah longsor yang mematikan tersebut.
Hujan ekstrem tahun ini telah menyebabkan banjir dan tanah longsor di seluruh kawasan Asia Selatan, termasuk India, pakistan, Bangladesh, Bhutan, Sri Lanka, Afghanistan, Maladewa dan Nepal.
Banjir bandang menyapu seluruh desa di negara bagian Uttarakhand di India utara pada bulan Agustus sedikitnya 44 orang tewas di negara tetangga Nepal selama akhir pekan karena tanah longsor dan banjir yang dipicu oleh hujan lebat.
Hujan lebat yang terjadi pada akhir pekan terjadi di akhir musim hujan di Nepal, yang biasanya dimulai pada bulan Juni dan berakhir pada pertengahan September. Hal ini juga menyebabkan sebagian ibu kota, Kathmandu, kebanjiran dan menyebabkan pembatalan semua penerbangan domestik pada hari Sabtu.
Para ahli mengatakan perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia memperparah musim hujan di Asia Selatan, yang biasanya terjadi pada bulan Juni hingga September dan terjadi lagi pada bulan Oktober hingga Desember. Hujan yang tadinya bisa diprediksi, kini datang dalam bentuk hujan tak menentu yang membuang air dalam jumlah besar dalam waktu singkat, lalu diikuti musim kemarau.