Bisnis

Paus Leo XIV mengatakan AI menimbulkan tantangan baru untuk ‘martabat manusia’

Prevalensi kecerdasan buatan yang berkembang di berbagai industri sulit diabaikan, bahkan untuk Gereja Katolik.

Paus Leo XIV, Paus kelahiran AS pertama kali, berbicara kepada College of Cardinals pada hari Sabtu untuk pertama kalinya sejak konklaf kepausan. Dalam pidatonya, paus baru Kata kecerdasan buatan memengaruhi keputusannya untuk mengambil nama Leo XIV.

“Merasakan diri saya dipanggil untuk melanjutkan di jalur yang sama ini, saya memilih untuk mengambil nama Leo Xiv. Ada berbagai alasan untuk ini, tetapi terutama karena Paus Leo XIII dalam ensiklik bersejarahnya ‘Rerum Novarum’ membahas pertanyaan sosial dalam konteks revolusi industri besar pertama,” kata Leo XIV. “Di zaman kita sendiri, gereja menawarkan kepada semua orang sebagai perbendaharaan ajaran sosialnya sebagai tanggapan terhadap revolusi industri lain dan perkembangan di bidang kecerdasan buatan yang menimbulkan tantangan baru untuk pembelaan martabat manusia, keadilan, dan tenaga kerja.”

Alamat hari Sabtu bukan pertama kalinya Gereja Katolik tercermin pada kecerdasan buatan.

Di bulan Januari Pandangan Sucibadan pemerintahan Gereja Katolik, menerbitkan catatan panjang tentang hubungan antara kecerdasan buatan dan kecerdasan manusia. Catatan itu mengatakan Gereja Katolik “mendorong kemajuan sains, teknologi, seni, dan bentuk -bentuk lain dari upaya manusia” tetapi berusaha untuk mengatasi “tantangan antropologis dan etika yang diangkat oleh AI – masalah yang sangat penting, karena salah satu tujuan teknologi ini adalah untuk meniru kecerdasan manusia yang merancangnya.”

Pendahulu Leo XIV, Paus Francis, juga membahas AI dalam a Pesan Januari 2024 Diterbitkan oleh The Holy See.

“Penyebaran cepat inovasi yang mencengangkan, yang cara kerja dan potensi berada di luar kemampuan sebagian besar dari kita untuk memahami dan menghargai, telah terbukti menarik dan membingungkan,” kata Paus Francis. “Ini mengarah pada pertanyaan yang lebih dalam tentang sifat manusia, kekhasan kita dan masa depan spesies homo sapiens di zaman kecerdasan buatan. Bagaimana kita dapat tetap sepenuhnya manusia dan membimbing transformasi budaya ini untuk melayani tujuan yang baik?”

Paus Francis menambahkan, “Saat ini dalam sejarah, yang berisiko menjadi kaya akan teknologi dan miskin dalam kemanusiaan, refleksi kita harus dimulai dengan hati manusia.”

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button