Beranda Berita Menjaga hak satwa di tengah tol Aceh yang membelah hutan

Menjaga hak satwa di tengah tol Aceh yang membelah hutan

36
0
Menjaga hak satwa di tengah tol Aceh yang membelah hutan

ACEHNOMICS.COM | BANDA ACEH – Tiga segmen ruas jalan berkonstruksi beton kokoh membentang di kilometer 13. Segmen itu saling tersambung satu sama lain, dengan total panjang 110 meter. Di bawahnya, empat tiang penyangga menopang bahu jalan yang dibangun setinggi 6 meter dari dasar tanah.

Kiri dan kanan bahu jalan diapit hamparan hijau pepohonan pegunungan. Jembatan itu membentang membelah kawasan hutan lindung Seulawah dan Ulu Masen menjadi dua sisi.

Kawasan hutan ini menjadi rumah bagi berbagai macam satwa liar dilindungi, terutama satwa kunci seperti gajah sumatera, harimau sumatera, dan orangutan sumatera.

Jembatan ini merupakan bagian dari proyek Jalan Tol Trans Sumatera, tepatnya ruas Tol Sigli – Banda Aceh (Sibanceh) dengan panjang 74,2 kilometer dan menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN).

Progres pengerjaan baru mencapai 70 persen. Nantinya, bagian atas jembatan ini menjadi ruas jalan tol Sibanceh yang akan dilalui kendaraan, tepatnya Seksi 1 Padang Tiji – Seulimuem, dengan panjang 25 kilometer.

Menariknya, bagian bawah jembatan diperuntukkan sebagai jalur perlintasan satwa liar, seperti gajah sumatera yang memiliki tubuh besar, sehingga jalur ini disebut sebagai terowongan gajah.

“Bentuknya seperti jembatan biasanya, tetapi peruntukan di bawahnya saja untuk perlintasan gajah,” kata Staf Pengendalian Pelaksanaan Ruas Tol Sigli-Banda Aceh Andi Darmawan.

 

Pembangunan ruas Tol Sibanceh dikerjakan PT Hutama Karya (Persero), yang dibagi dalam enam seksi, yaitu Seksi 1 Padang Tiji – Seuliemum (25 km), Seksi Seuliemum – Jantho (6 km), Seksi 3 Jantho – Indrapuri (16 km), Seksi 4 Indrapuri – Blang Bintang (14 km), Seksi 5 Blang Bintang – Kuta Baro (8 km), dan Seksi 6 Kuta Baro – Baitussalam (5,2 km).

Tiga dari enam seksi itu sudah beroperasi. Tersisa Seksi 1, Seksi 5, dan Seksi 6 yang masih dalam proses pengerjaan. Hutama Karya menargetkan semua seksi ruas tol Sibanceh rampung dikerjakan pada September 2023.

Pembangunan Seksi 1 akan menjadi yang terakhir rampung dibandingkan dibandingkan Seksi 5 dan 6. Seksi ini merupakan yang terpanjang, dengan ruas membelah hutan lindung kawasan Seulawah dan Ulu Masen, untuk menghubungkan Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie.

Kini, ratusan pekerja masih berjibaku menimbun, menghancurkan batu, dan membelah hutan lindung itu. Alat berat lalu lalang, turun dan naik bukit saat mengejar target penyelesaian hingga akhir tahun.

Dengan medan seperti itu, proses pembangunan seksi ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Berbeda dengan seksi lain, yang umumnya ruas jalan melintasi wilayah persawahan dan perkebunan penduduk.

Pengerjaan ruas seksi 1 juga merujuk pada ketentuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Permen LHK Nomor 23 Tahun 2019 tentang Jalan Strategis di Kawasan Hutan.

Andi menjelaskan sejak awal pembangunan, Hutama Karya telah berkoordinasi dengan para pihak, terutama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh dan Dinas Lingkunan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh.

“Karena kita di sini berada di lokasi hutan lindung, dan kebetulan di sini ada habitat gajah itu sendiri, jadi harus kita jaga. Tidak mungkin kita membelah hutannya sehingga habitat gajah terbagi dua sisi,” katanya.

Kementerian PUPR melalui Hutama Karya yang mengerjakan proyek mengakomodasi permintaan dari Kementerian LHK, agar menyediakan aksesibilitas bagi satwa liar di kawasan hutan lindungi tersebut untuk tetap bisa beraktivitas di tengah pembangunan ruas Tol Sibanceh.

Oleh karena itu lantas dibangun jalur perlintasan satwa liar, yang dibagi dalam tiga jenis hewan, yaitu jalur untuk hewan mamalia seperti gajah, hewan reptil dan hewan jenis primata.

Terowongan perlintasan gajah sumatera dan satwa bertubuh besar lain berada di kilometer 13. Selanjutnya di kilometer 11 dan kilometer 12, terdapat jalur perlintasan di bagian atas ruas berupaya tali, lengkap dengan jaring pengaman yang dapat dilalui berbagai jenis hewan primata, termasuk orangutan.